Selasa, 04 Maret 2014

PENGENALAN PENYAKIT PADA TANAMAN LADA

PENGENALAN PENYAKIT PADA TANAMAN LADA
DAN PENGENDALIANNYA
(Oleh : Indrajaya, SP)

Penyakit-penyakit pada tanaman lada terdiri dari penyakit utama yaitu Penyakit Busuk Pangkal Batang dan penyakit Kuning. Disamping itu penyakit lain yang juga sering dijumpai namun tidak merugikan adalah penyakit bercak daun (antrakosa) dan penyakit rambut setan.

Penyakit Busuk Pangkal Batang


Penyebab penyakit Busuk Pangkal Batang adalah jamur Phytophthora capsici. Jamur pathogen tersebut dapat menyerang seluruh bagian tanaman lada, tapi serangan yang paling membahayakan adalah pada pangkal batang atau akar karena menyebabkan kematian tanaman dengan cepat. Gejala serangan pathogen pada pangkal batang atau akar adalah kelayuan tanaman. Pangkal batang yang terserang, menjadi berwarna hitam, pada keadaan lembab akan nampak lendir yang berwarna kebiruan.
Gejala serangan pada daun berupa bercak berwarna hitam dikelilingi gejala bergerigi seperti renda yang akan tampak jelas bila daun diarahkan kecahaya. Bagian tersebut hanya nampak pada gejala bercak yang belum lanjut dan terjadi pada keadaan lembab (banyak hujan). Daun yang terinfeksi merupakan sumber inokulum bagi daun, tangkai daun dan cabang yang ada didekatnya. Serangan pada buah terjadi pada buah yang dekat dengan permukaan tanah, menyebabkan buah berwarna hitam dan membusuk.
Apabila jamur P. capsici menginfeksi satu tanaman lada pada suatu kebun, maka 1 – 2 bulan kemudian tanaman di sekitarnya akan terinfeksi juga. Penyebaran pathogen tersebut dipercepat pada musim hujan.
Jamur ini berkembang biak dengan cara aseksual dan seksual. Secara aseksual membentuk sporangium, pada keadaan lingkungan yang sesuai, sprorangium yang telah masak dapat langsung berkecambah membentuk tabung kecambah atau membentuk zoospora yang berflgella bila ada lapisan air. Perkembang biakan secara seksual terjadi apabila terdapat dua jenis tipe jodoh hifa yang sesuai/serasi maka akan menghsilkan oospora.

Serangan P . capsici  pada tanaman lada banyak terjadi pada musim hujan. Pada saat itu keadaan suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi serta didukung oleh adanya nutrisi yang cukup akan merangsang struktur istirahat jamur pathogen tersebut untuk berkecambah. Tetesan air hujan yang jatuh ketanah dapat membantu memindahkan propagul dari tanah ke daun yang didekatnya sehingga memungkinkan terjadinya infeksi. Zoospora disebut juga sebagai spora kembara, karena  dapat berenang bila ada lapisan air. Tiga puluh menit  setelah zoospore berhenti bergerak, akan terjadi perkecambahan bila lingkungan menguntungkan; apabila keadaan lingkungan tidak menguntungkan, maka akan terbentuk struktur istirahat. Kemampuan pathogen bertahan mempunyai peranan penting sebagai sumber inokulum. Penyebaran propagul jamur pathogen selain oleh air juapat dilakukan oleh angin yang terjadi selama  hujan, ternak, manusia, alat pertanian bekas dipakai pada tanaman sakit, dan siput /keong.

Pengendalian
Pengendalian penyakit Busuk pangkal Batang (BPB) dapat dilakukan dengan cara :
  • Melakukan pengolahan tanah sebelum ditanami  lada dengan cara dibalik-balik serta diikuti dengan pembenaman bahan organik (alang-alang, sisa tanaman padi, jagung atau pupuk kandang) yang diberi agen hayati.
  • Membuat saluran drainase yang baik.
  • Melakukan pemupukan sesuai dengan dosis dan jenis pupuk yang dianjurkan.
  • Bila menggunakan tiang panjat hidup, maka dilakukan pemangkasan dengan tujuan agar pertanaman lada tidak terlalu lembab.
  • Pemanfaatan lahan diantara tanaman lada dapat dilakukan dengan menanam temu-temuan, LCC, atau menanam rumput Arachis pintoii.
  • Membersihkan rumput hanya pada daerah sekitar pangkal batang (penyiangan terbatas).
  • Bila akan mempergunakan pengendalian kimiawi gunakan fungisida yang bersifat sistemik seperti folirfos 400 AS, Alliette 80 WP atau Ridfomil 2 G.
  • Pengendalian secara hayati dilakukan dengan pembenaman bahan organik seperti alang-alang kering, sisa tanaman jagung, kacang-kacangan atau padi yang telah dikeringkan, ditambahkan dengan agens hayati T. harzianum. Pemberiqan bahan organik tersebut dianjurkan dua kali setahun.
Penyakit Kuning



Penyebab :
Nematoda parasit (Radopholus sp. dan Meloidogyne sp.)
Cendawan Fusarium spp.
Kekurangan unsur hara

Gejala :
Pertumbuhan tanaman terhambat, warna daun dan sulur menjadi kuning pucat, tetapi tidak layu dan tampak kaku. Selanjutnya daun menjadi gugur sehingga tanaman gundul.
Pada akar ditandai dengan berkurangnya akar-akar rambut, sehingga perakaran menjadi jelek. Terdapat nekrosis dan puru akar.


Pengendalian :
Pemberian pupuk kandang
Pengapuran
Pemupukan yang tepat dan berimbang
Menaburkan fungisida berbentuk granule pada sekeliling pangkal tanaman lada

  
PENGENALAN PENYAKIT PADA TANAMAN LADA
DAN PENGENDALIANNYA 

Oleh :
Indrajaya, SP





Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung





Pembibitan Lada

Pembibitan Lada dalam Polybag

A. Penentuan Lokasi:
1.    Topografi datar, dekat dengan akses jalan, berdrainase baik dan bebas dari kemungkinan banjir;
2.    Tersedia dan atau dekat dengan sumber air yang baik dan cukup;
3.    Tersedia dan atau dekat dengan media tanah untuk pengisian polybag;
4.    Aman dari gangguan binatang ternak atau binatang lainnya;
5.    Tersedia instalasi air yang cukup untuk penyiraman;
B. Perhitungan Luas Pembenihan dan Penyiapan Sarana Prasarana


1.    Umur lada siap tanam 4 – 5 bulan;
2.    Ukuran polybag 15 x 20 cm;
3.    Jarak antar as polybag + 20 cm segi empat;
4.    Kepadatan populasi 16 polybag/m2;
5.    Lahan efektif untuk polybag 8.000 m2;
6.    Lahan untuk jalan kontrol dan parit drainase 2.000 m2 ;
7.    Alat penyiraman dapat memakai selang embrat atau dengan sistem mist irrigation;
8.    Gudang Saprodi untuk penyimpanan pupuk, alat pertanian kecil, pestisida dan lain lain berukuran 4 x 4 m;
C. Pelaksanaan Pembenihan
1.    Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 1,2 m, panjang 10 m dan tinggi 10 cm. Bedengan ini merupakan tempat disusunnya polybag benih;
2.    Buat naungan dengan menggunakan paranet 70 % sebagai penaung. Tinggi naungan 2 m ke arah timur dan 1,5 m arah ke barat;
3.    Tiang naungan dapat menggunakan bambu, namun apabila produksi benih akan terus dilakukan sebaiknya dari bahan yang lebih tahan seperti kayu atau besi;
4.    Polybag yang digunakan berukuran tebal 0,15 mm, lebar 15 cm, dan panjang 20 cm;
5.    Polybag berwarna hitam dengan empat baris lubang perforasi berjarak 5 cm;
6.    Tanah untuk media tanam diayak terlebih dahulu dengan ayakan dengan ukuran lubang 1 x 1 cm;
7.    Media tanam menggunakan media campuran top soil, pupuk kandang, pasir atau sekam;
8.    Media tanam disiram setiap hari sebelum setek ditanam;
9.    Polybag diisi penihh dengan media tanam dan diguncang agar tidak ada bagian yang berlipat karena tidak berisi;
10.     Polybag disusun denga jarak 20 x 20 cm atar as pada bedengan;
11.     Untuk membuang kelebihan air, dibuat parit disekitar areal pembenihan denga ukuran 40 x 40 x 60 cm;
12.     Media tanam di polybag disiram setiap hari sampai media tanam turun 1 cm selama 3 hari berturut – turut;
D. Pemilihan Bahan dan Penanaman Setek
1.    Setek berasal dari sulur panjat yang mempunyai satu buku berakar, matang fisiologis (umur 6 – 9 bulan), suluhberwarna hijau, tidak terserang hama penyakit dan mempunyai satu helai daun;
2.    Sebelum setek ditanam, setek direndam dalam larutan campuran fungisida 0,2 % dan gula pasir 0,2 % selama 10 -15 menit, kemudian ditiriskan dan diolesi dengan zat perangsang tumbuh seperti routon atau bioroot;
3.    Setek ditanam dalam polybag yang telah diisi media, sampai bagian setek yang berakar (buku setek) terbenam dalam media;
4.    Kemudian disiram sampai jenuh air, selanjutnya disungkup dengan plastik.
E. Penyungkupan
1.    Sungkup dibuat dari bambu yang sudah dibelah, ukuran sungkup tinggi 70 cm, lebar 1,2 m dan panjang 8 m, bentuk sungkup setengah lingkaran, bentuk ini diperoleh dengan cara melengkungkan belahan bambu;
2.    Penyungkupan harus benar – benar tertutup rapat, dengan cara menimbung baguan pinggir sungkup dengan tanah;
3.    Setiap sungkup diberi label dengan keterangan, jumlah setek yang ditanam, varietas, tanggal tanam dan sebagainya;
4.    Kondisi ini dibiarkan selama 15 – 30 hari sampai setek mengeluarkan tunas;
5.    Setelah sebagian besar setek bertunas (80%) sungkup sudah boleh dibuka.
F. Pemeliharaan Benih lada
1.    Semua jenis gulma yang tumbuh di dalam maupun di luar polybag di areal pembenihan harus dibuang secara rutin dengan cara manual (mencabut) dan tidak diperkenankan menggunakan herbisida;
2.    Untuk mencegah serangan hama dan penyakit dilakukan penyemprotan larutan fungisida dan insektisida nabati dengan konsentrasi 10 – 15 cc per liter air;
3.    Bila terjadi serangan yang sporadis, intensitas penyemprotan diintensifkan menjadi setiap hari sampai serangan hama dan penyakit menghilang;
4.    Untuk menunjang pertumbuhan benih, diperlukan pemupukan yang mulai dilakukan setelah tanaman berumur 4 minggu di polybag (bulan ke-2);
5.    Adapun dosis dan jenis pupuk yang digunakan dalam pembenihan ini dapat digunakan jenis pupuk daun.
G. Penyiraman
1.    Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari sampai media tanam di dalam polybag benar – benar basah. Hindarkanpenyiraman yang berlebihan sehingga menyebabkan genangan air di dalam polybag;
2.    Bila malam hari terjadi hujan yang cukup, tidak perlu dilakukan penyiraman pada pagi harinya dan penyiraman sore harinya tergantung poada kelembaban tanah di polybag;
3.    Bila pada pagi hari terjadi hujan yang cukup, maka tidakk perlu penyiraman pada pagi maupun sore harinya;
4.    Bila terdapat genangan air yang bertahan di polybag akibat curah hujan yang terlalu tinggi, maka dibuat tambahan lubang pada polybag dengan cara menusuknya dengan menggunakan paku berdiameter 5 mm.

H.  Pemasangan Stik Bambu dan Seleksi Benih
1.    Benih yang sulurnya mulai memanjang memerlukan stik untuk melekatnya agar tidak terkulai. Stik dapat dibuat dari bambu yang sudah diserut dengan ukuran diameter 2 cm dan panjang 50 cm;
2.    Seleksi benih dilakukan setiap bulan, agar benih yang dihasilkan betul – betul yang mempunyai pertumbuhan yang vigor;
3.    Benih yang afkir (benih yang tidak sesuai standar mutu) diangkat dan disingkirkan dari bedengan, kemudian dimusnahkan;
4.    Benih afkir untuk setiap bedengnya dicatat dan dilaporkan yang dilengkapi dengan berita acara;
5.    Benih yang telah berumur 7 bulan di persemaian atau sudah mempunyai 6 – 7 ruas sudah siap untuk ditanam di lapangan;

6.    Semua proses pengambilan setek dari pohon induk, pertunasan sambai benih siap sulur dicacat tanggal kegiatannya, jumlah, terseleksi dan lain sebagainya. Data ini merupakan dokumen untuk pengusulan sertifikasi benih.
(Bidang Perkebunan Distanbunnak Bangka Belitung)

Budidaya Lada berdasarkan GAP

Budidaya Lada berdasarkan Good Agriculture Practice (GAP)

A.  Pemilihan Lahan dan Pengelolaan Tanah dan Air
1.    Ketinggian tempat kurang dari 1.000 meter di atas permukaan laut
2.    Kemiringan lahan kurang dari 100
3.    Curah hujan antara 2.000 - 3.000 mm
4.    Kelembaban udara lebih dari 70 %
5.    Kisaran suhu antara 250 C – 350 C
6.    Jenis tanah latosol, laterik podsolik
7.    pH  5,5 – 6,5
8.    Drainase harus baik (tidak ada air yang tergenang)
9.    Irigasi dilakukan apabila terjadi musim kemarau panjang
10.     Air irigasi harus bebas dari kontaminasi bahan berbahaya
11.     Penanaman bahan organik seperti kompos, pupuk hijau  dan tanaman penutup tanah

B.  Pengelolaan Budidaya Terpadu
1.    Jarak tanam 2,5 X 2,5 m (1.600 tanaman/Ha) atau 3,0 X 3,0 m (1.100 tanaman/Ha)
2.    Lubang tanam berukuran 45 X 45 X 45 cm sampai 60 X 60 X 60 cm (panjang x lebar x dalam)
3.    Tanah galian dibiarkan terbuka ± 40 hari sebelum tanam
4.    Tajar yang digunakan adalah tajar hidup seperti gamal (gliricidia spp.)
5.    Jarak lubang tanam dengan tajar minimal 30 cm
6.    Bibit ditanam miring mengarah ke tajar
7.    Untuk setek 5 - 7 ruas penanaman dilakukan dengan membenamkan bibit 3 - 4 ruas bagian pangkal sedangkan sisanya diikatkan pada tajar
8.    Bibit yang telah ditanam  diberi naungan agar terhindar dari sinar matahari secara langsung
9.    Bahan naungan yang digunakan adalah daun atau alang-alang


C.  Pemeliharaan
1.    Pengikatan sulur dan pembentukan kerangka tanaman lada dilakukan untuk membentuk kerangka tanaman yang baik, dilakukan tiga kali sebelumm tanaman bereproduksi. Pangkas pertama dilakukan pada saat tanaman telah tumbuhmencapai 8 – 9 buku (berumur 5 – 6 bulan setelah tanam), pangkas pada ketinggian 25 – 30 cm dari permukaan tanah (diatas dua buku yang telas melekat kuat pada tajar). Pemangkasan kedua dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh mencapai 7 – 9 buku (+ 12 bulan) yaitu pada buku yang tidak mengeluarkan cabang buah. Pemangkasan ketiga dilakukan pada saat tanaman berumur 24 bulan (tinggi tanaman + 2,5 m), sehingga akan terbentuk kerangka tanaman lada yang mempunyai banyak cabang produktif/cabang buah;
2.    Sulur gantung dan sulur tanah/cacing perlu dipangkas secara rutin;
3.    Penyiangan gulma/rumput dilakukan secara terbatas, penyiangan bersih hanya dilakukan di sekeliling tanaman lada (radius + 60 cm). Pemberian mulsa daun atau bahan organik dapat dilakukan pada musim kemarau yaitu di sekeliling tanaman lada untuk menekan pertumbuhan gulma dann konservasi air tanah;
4.    Pemangkasan tajar sebaiknya dilakukan 3 – 4 kali pertahun. Pemangkasan dilakukan sebelum pemupukan tanaman lada untuk menoptimalkan masuknya sinar matahari dan menekan kompetisi pengambilan hara dan air antara tanaman lada dan pohon panjatnya/tajar;
5.    Pemupukan dengan pupuk organik untuk tanaman lada muda sebanyak 5 – 10 kg/ tanaman, sedangkan untuk tanaman lada produktif pupuk diberikan 10 -15 kg/tanaman. Pemberian dapat dibagi dua kali atau lebih. Secara umum pada tahun pertama pertumbuhan, diberikan 5 kg bahan organik/ tanaman dan pupuk anorganik sebanyak 300 gr/tahun (12 : 12 : 17 NPK), pemberian pupuk organik dibagi empat kali yaitu 30 gr, 60 gr dan 120 gr dengan interval 3 bulan;
6.    Tanaman lada yang belum bereproduksi dipupuk 5 – 10 kg bahan organik/tanaman. Pemberian pupuk NPK sebanyak 600 gr/tahun dengan cara dibagi empat kali yaitu 40 %, 30 %, 20 % dan 10 %. Pemupukan dilakukan selama musim hujan, pemberian pertama dilakukan pada awal musim hujan;
7.    Pemberian pupuk anorganik dilakukan dengan cara mengikis (mengangkat) lapisan permukaan lada secara hati – hati, kemudian pupuk disebarkan diseluruh permukaan tanah kemudian ditutup bahan organik dan tanah yangg tadi diangkat, ditambah tanah yang berasal dari antara tanaman lada;
8.    Monitoring kebun harus dilakukan secara berkala, apabila terlihat ada gejala serangan hama atau penyakit maka segera lakukan pengendalian.

D.  Pengendalian Hama dan Penyakit
1.    Apabila terlihat gejala serangan hama penggerek batang, segera lakukan pengendalian dengan cara membuang/memotong atau memusnahkan (membakar) bagian tanaman yang terserang. Apabila ditemukan gejala penyakit kerdil/ keriting, maka tanaman tersebut harus dimusnahkan (dibakar), alat pertanian yang telah digunakan harus dicuci terlebih dahulu sebelum dipakai ke tanaman sehat. Apabila terjadi kematian tanaman lada karena serangan penyakit busuk pangkal batang (BPB), maka segera musnahkan dan lakukan penyiraman fungisida berbahan aktif Copper oxychlorida atau bubur bordo.
2.    Pembuatan pagar keliling kebun sangat dianjurkan agar lalu lintas manusia tidak membantu menyebarkan patogen penyakit
3.    Perlu dibuat saluran drainase untuk menghindari terjadinya genangan air dalam kebun lada yang dapat menyebabkan kondisi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan patogen penyebab busuk pangkal batang lada
4.    Pemangkasan tajar perlu dilakukan sesuai anjuran sehingga tanaman lada mendapat penyinaran matahari secara optimal
5.    Cabang – cabang tanaman lada yang menutupi pangkal batang dan menghalangi sinar matahari serta sirkulasi udara harus dipangkas (sampai 30 cm di atas permukaan tanah) atau diikatkan ke cabang diatasnya dengan tujuan mengurangi kelembaban di sekitar pangkal batang untuk menghindari serangan penyakit BPB
6.    Penyiangan dilakukan terbatas (bobokor) di sekeliling tanaman lada saja
7.    Melakukan konservasi musuh alami dengan menanam penutup tanah (mis: Arachis pintoi) dan pemberian pupuk kandang atau bahan organik pada tanaman lada dapat mempertahankan populasi mikroba yang bersifat musuh alami terhadap patogen tanah
8.    Aplikasi pestisida kimia dapat digunakan apabila populasi hama tinggi. Pestisida yang digunakan dipilih dari jenis – jenis pestisida yang telah terdaftar di komisi pestisida dengan dosis sesuai anjuran/rekomendasi

E.    Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen
·      Pemanenan Hasil untuk Lada Putih
1.    Buah sudah masak, biasanya dalam satu dompolan terdiri atas buah lada merah (18 %), kuning (22 %) dan hijau (60%)
2.    Waktu petik sesuai dengan musim panen masing-masing berkisar bulan Mei sampai September
3.    Alat petik untuk lada yang tinggi menggunakan tangga, dipetik dengan tangan dan hasil ditampung dalam satu wadah atau karung goni
4.    Panen atau pemetikan dilakukan 5 – 10 kali petik
·      Pengolahan Hasil Lada Putih
1.    Buah lada putih  yang mau dipetik dimasukkan dalam karung goni dan direndam kedalam bak yang airnya mengalir selama 7 – 10 hari.
2.    Air yang digunakan harus bersih dan mengalir untuk menghindari terjadinya kontaminasi selama perendaman
3.    Lada hasil rendaman dipisahkan kulitnya menggunakan tampah sambil di goyang-goyang pada air mengalir supaya kulit hanyut dan terbuang keluar
4.    Setelah biji bersih dari kulit dan tangkai buah, kemudian lada ditiriskan sampai airnya tidak menetas lagi
5.    Buah lada yang sudah terpisah dari gagangnya dijemur selama 3 – 7 hari sampai cukup kering (tergantung keadaan cuaca)
6.    Alas pengeringan menggunakan tikar, tampah dan plastik
7.    Lada dianggap kering bila dipijit memberikan suara menggertak dan pecah
8.    Pada saat proses pengeringan, tumpukan lada dibolak-balik menggunakan garuk dari kayu agar pengeringan lebih cepat
9.    Jika menggunakan mesin pengering, maka suhu harus dibawah 600 C untuk mencegah hilangnya senyawa yang mudah menguap. Selama pengeringan lakukan pembalikan buah beberapa kali agar proses pengeringan terjadi secara merata. Pengeringan dilakukan sampai mencapai kadar air 12 %
10.     Lada kering ditampi dengan tampah untuk membuang bahan-bahan yang ringan serta kotoran
11.     Lada kering yang telah bersih dimasukkan dalam karung atau wadah penyimpanan lain yang kuat dan bersih
12.     Karung atau wadah tersebut kemudian disimpan diruangan penyimpanan kering dan tidak lembab (± 70 %), dengan diberi alas dari bambu atau kayu setinggi ± 15 cm.
·      Standar Mutu Lada Putih
1.    Biji bebas dari serangga hidup ataupun mati serta bebas dari bagian-bagian yang berasal dari binatang
2.    Warna putih kekuning-kuningan sampai putih keabu-abuan/putih kecoklat-coklatan.
(Semoga Bermanfaat)